Makna Hidup Penderita HIV/AIDS

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuati untuk mengetahui makna hidup penderita HIV I AIDS. Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang ingin diteliti yaitu dampak psikologis, psokoseksual maupun psikososial bagi penderita HIV/AIDS, bagaimana penderita HIV/AIDS memaknai hidupnya, Faktor-faktor yang mempengaruhi kebermaknaan hidup penderita HIV/AIDS, dan bagaimana ODHA menjalani penerimaan diri sebagai penderita HIV/AIDS. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Responden dalam penelitian ini berjumlah dua orang yaitu seorang laki-laki dan seorang perempuan yang menderita HIV/AIDS. Penelitian kualitatif ini didukung oleh teori makna hidup dan teori HIV/AIDS. Makna hidup adalah kesadaran adanya suatu kesempatan atau kemungkinan yang dilatarberlakangi oleh realitas atau hal yang dianggap penting oleh seseorang, dirasakan berharga, diyakini sebagai sesuatu yang sangat besar dan dapat memberikan nilai khusus bagi seseorang juga dapat dijadikan tujuan hidup. HIV adalah singkatan dari Human Immnodeficiency Virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia yaitu sel-sel darah putih yang terdapat dalam darah, sehingga menurunnya kekebalan tubuh manusia yang pada akhimya dapat menyebabkan AIDS. AIDS sendiri adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia sehingga daya tahan tubuh menjadi lemah dan mudah terserang oleh penyakit yang berakibat fatal. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan dari kedua responden memiliki bentuk penghayatan hidup yang bermakna dengan senantiasa menginginkan dirinya menjadi orang yang berguna bagi keluarga lingkungan maupun dirinya sendiri dan kedua responden memiliki tujuan hidup yang diperjuangkan dengan segala kegiatan yang terarah yang menjadi rutinitas responden. Kedua responden memiliki kesamaan dalam menghayati penderitaan yang dirasakan dan mendapat cinta kasih yang besar dari keluarga. Kedua responden menerima keadaan mereka dengan tabah dan ikhlas yang semula diwamai penderitaan menjadi pandangan yang mampu melihat makna hidup dan hikmah dari penderitaan itu