Efektifitas Model Budidaya Tanaman Markisa Dataran Rendah ( Passiflora edulis var.flavicarpa) yang Berproduksi Tinggi Secara Ramah Lingkungan

Abstract

Letusan Gunung Sinabung menyebabkan matinya ratusan hektar pertanaman markisa dataran tinggi di Kabupaten Tanah Karo. Hal ini mengakibatkan tidak tersedianya bahan baku pembuatan sirup markisa dan usaha produk olah buah markisa. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan varietas markisa dataran rendah. Hingga saat ini informasi mengenai budidaya markisa dataran rendah, ketersediaan bibit markisa masih sangat terbatas disamping tingginya serangan lalat buah dan penyakit Fusarium oxysporum f.sp. passiflora. Untuk itu perlu pengkajian efektifitas model budidaya tanaman markisa dataran rendah (Passiflora edulis var.flavicarpa) yang berproduksi tinggi secara ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis efektifitas pertumbuhan dan produksi Markisa dataran rendah dengan model budidaya yang ramah lingkungan dan menganalisis efektifitas model perangkap lalat buah. Metode yang digunakan melalui pengujian laboratorium, rumah kaca dan pengujian di lapangan. Pengujian tahun pertama terdiri dari dua tahap yaitu : (1) pengujian model budidaya Markisa dataran rendah dan (2) pengkajian ketinggian penempatan perangkap lalat buah. Rancangan yang digunakan pada tahap pengujian model budidaya markisa dataran rendah adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 1 faktor perlakuan yaitu aplikasi isolat FMA di pesemaian dengan beberapa dosis FMA multispora (Glomus sp + Acaulospora sp) (A) dengan 4 taraf dan 3 ulangan yaitu :A0 = tanpa inokulasi; A1= 25 g per seed bed ;A2= 50 g per seed bed dan A3=75 g per seed bed. Parameter pengamtan : jumlah benih berkecambah,persentase perkecambahan, kolonisasi FMA (persentase dan intensitas kolonisasi FMA). Berat basah dan berat kering bibit. Pada tahap penanaman bibit dilapangan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah tinggi rambatan (A) terdiri dari A1 = 1.00 m; A2 = 1.25 m; A3 = 1.50 m; A4 = 1.75 m; A5 = 2.0 m; A6 = 2.25 m dan A7 = 2.50 m. Parameter pengamatan adalah tinggi tanaman,jumlah cabang, jumlah daun, kolonisasi FMA (persentase, intensitas kolonisasi FMA). Tahap 2 dilakukan pengujian ketinggian perangkap lalat buah, dengan senyawa perangkap methyl eugenol.Pengamatan dilakuakan setiap 2 hari terhadap: jumlah lalat buah tertangkap, jenis lalat buah, frekwensi relative dan persentase jenis lalat buah yang tertangkap.Hasil yang diperoleh bahwa aplikasi FMA dengan dosis 25 g-75 g/seed bed) dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman markisa dari parameter tinggi,jumlah cabang, jumlah daun,berat basah dan berat kering tanaman. Pengamatan pertumbuhan tanaman masih berlangsung hingga tanaman berbuah.Lalat buah jenis Bractocera carambola dan B.cucurbitae ditemukan dalam perangkap yang dipasang pada ketinggian 0.5 m – 2.5 m.B.carambola mendominasi jenis lalat buah pada tanaman markisa. Luaran yang diperoleh adalah: produk bibit tanaman markisa dataran rendah yang berkualitas, artikel ilmiah yang akan dipublikasi pada jurnal Agronomi, IPB.